Rabu, 29 April 2015

Fenomena Depresi dan Hubungan Antara Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional

ESSAY I
FENOMENA DEPRESI
Setiap orang pasti akan mengalami kesulitan hidup dan terkadang hal tersebut menjadi penyebab beberapa orang mengalami putus asa dan membuatya depresi. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas fenomena tentang depresi.
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada penghalang yang tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas. Depresi dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang berlebihan terhadap suatu kejadian yang menjadi pemicunya. Depresi juga dapat diartikan suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponensomatik : anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun. Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda. Depresi yang dialami ini berkolerasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Pada umumnya, mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami depresi :
1.       Faktor genetik
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat memiliki resiko lebih besar menderita gangguan depresi daripada masyarakat  pada umumnya. Gen berpengaruh dalam terjadinya depresi, tetapi ada banyak gen di dalam tubuh kita dan tidak ada seorangpun peneliti yang mengetahui secara pasti bagaimana gen bekerja. Dan tidak ada bukti langsung bahwa ada  penyakit depresi yang disebabkan oleh faktor keturunan.
2.       Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang  besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon adenalin yang memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita,  perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.
3.       Faktor usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang  penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke  pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun, yang menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak yang terkena depresi. Survei masyarakat terakhir melaporkan adanya prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu 18-44 tahun.
4.       Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria. Bukan  berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria. Dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita. Bagaimanapun, tekanan pada wanita yang mengarahkan  pada depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak kecil lebih arang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi  pemicu penyakit depresi.
5.       Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa orang yang mengalami depresi penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, pengawet dan pewarna  buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.
6.       Penyakit fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi. Perasaan terkejut karena mengetahui kita memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri, juga depresi. Alasan terjadinya depresi cukup kompleks. Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan jantung, mungkin karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat menyebabkan kematian atau karena mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak  berdaya. Pada individu lanjut usia, penyakit fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi.
7.       Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun  bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan pengobatan dapat lebih berbahaya daripada depresi.
8.       Obat-obatan terlarang
Marijuana/Ganja, Heroin/ Putauw, Kokain, Ekstasi dan Sabu-sabu.
9.       Sinar matahari
Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari daripada mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka  baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD).
10.   Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu yang lebih negative, pesimis, juga tipe kepribadian.
Analisis
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada penghalang yang tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas.Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, gejala psikis, dan gejala sosial yang khas. Orang yang mudah sekali mengalami depresi biasanya memiliki beberapa kepribadian tertentu. Penderita depresi memiliki ciri kepribadian yang berbeda dengan orang normal. Hal ini merupakan pengaruh pikiran dari orang yang mengalami depresi tersebut terhadap situasi sulit yang sedang dialaminya.

ESSAY II
HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL
Emosi adalah hal yang sangat sering kita alami dalam hidup. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah sebagai akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita. Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan memahami kecerdasan emosi (Emotional Quotient), dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.
Emosi dalam makna paling harfiah didefinisikan dalam Oxford English Dictionary sebagai setiap kegiatan atau pengelolaan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat, meluap-luap. Emosi merupakan sebuah pengalaman rasa, kita merasakan adanya emosi, kita tidak sekedar memikirkannya. Ketika seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang secara pribadi penting untuk kita, maka emosi kita akan meresponnya, biasanya diikuti dengan pikiran  yang ada hubungannya dengan perkataan tersebut, psikis, dan juga hasrat untuk melakukan sesuatu.
Kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh Peter Salovey dan John Mayer, beberapa devinisi kecerdasan emosional menurut para ahli sebagai mana dicatat oleh Achmad Pathoni sebagai berikut:
  1. Dalam buku karya Shapiro, Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai “himpunan bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”.
  2. Menurut Jeane Segalkecerdasan emosional adalah hubungan pribadi antar pribadi yang bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial dan kemampuan adaptasi sosial.
  3. Menurut Robert K Cooper dalam bukunya menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menetapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
  4. Menurut Usman Najati mengartikan EQ (Emosional Quotient)  sebagai sebuah kecerdasan yang bisa memotivasi kondisi psikologis menjadi pribadi-pribadi yang matang.
  5. Sedangkan menurut Danies Goleman mengartikan kecerdasan emosional itu sebagai kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, mampu mengelola emosi, mampu memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain.
Sedangkan kecerdasan emosi adalah  kemampuan seseorang dalam mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaaan, nafsu, setiap keadaan mental yang meluap-luap yang di dasarkan pada pikiran yang sehat. Kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaaan orang lain , kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi, dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi adalah kekuatan di balik singgasana intelektual”. Ia merupakan dasar-dasar pembentukan emosi yang mencangkup ketrampilan anda untuk:
  • Menunda kepuasan dan mengendalikan implus
  • Tetap optimis jika berhadapan dengan kemalangan
  • Menyalurkan emosi-emosi yang kuat secara efektif.
  • Mampu memotivasi dan menjaga semangat disiplin diri dalam usaha mencapai tujuan.
  • Menangani kelemahan-kelemahan pribadi.
  • Menunjukkan rasa empati pada orang lain.
  • Membangun kecerdasan diri dan pemahaman pribadi.
Secara ringkas kecerdasan emosi  adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi yang meliputi motivasi, pengendalian diri, semangat, ketekunan yang termasuk di dalamnya meliputi kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain, memiliki rasa empati (membaca perasaan orang terdalam). IQ umumnya berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis, dan diasosiasikan dengan otak kiri. Sementara, EQ lebih banyak berhubungan dengan perasaan dan emosi (otak kanan). Kalau ingin mendapatkan tingkah laku yang cerdas maka kemampuan emosi juga harus diasah. Karena untuk dapat berhubungan dengan orang lain secara baik kita memerlukan kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi diri dan orang lain secara baik. Di sinilah fungsi dari kecerdasan emosi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosioal sangat berhubungan dengan kesehatan mental. Secara konvensional kecerdasan emosi  diartikan sebagai kemapuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengelola dan menguasai lingkungan secara efektif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa, dengan memiliki kesehatan mental yang baik, maka kemampuan individu tersebut dalam pengendalian emosi seperti motivasi, pengendalian diri, dan interaksinya dengan orang lain akan terbentuk dengan baik. Satu yang pasti, kecerdasan emosiolan kita akan terbentuk dengan baik apabila dilatih dan dikembangkan secara intensif dengan cara, metode dan waktu yang tepat.

Sumber referensi :
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Basuki, A.M Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Riyanti, B.P Dwi, Prabowo, Hendro.1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.